Makkah — Di tengah semarak ibadah para jemaah haji Indonesia yang telah tiba di Kota Suci Makkah, semangat untuk terus mendekatkan diri kepada Allah begitu terasa. Menjelang puncak haji, banyak jemaah yang memanfaatkan waktu luang mereka untuk melaksanakan ibadah tambahan, salah satunya adalah umrah sunnah.

Namun sebelum memulai umrah, para jemaah harus mengambil miqat makani, yakni batas tempat untuk mulai berniat ihram. Terdapat beberapa titik miqat sesuai arah kedatangan jemaah. Bagi yang datang dari Madinah, Bir Ali atau Dzulhulaifah menjadi lokasi miqat utama. Sedangkan jemaah dari arah Asia dan Yaman biasanya mengambil miqat di Yalamlam. Miqat lainnya seperti Al-Juhfah, Qarnul Manazil, Dzatu Irqin, dan Hudaibiyah juga digunakan sesuai dengan posisi geografis asal atau jalur perjalanan.

Lalu, bagaimana dengan jemaah Indonesia yang sudah berada di Makkah dan ingin menunaikan umrah sunnah? Di sinilah Masjid Tan’im, atau yang lebih dikenal sebagai Masjid Aisyah, menjadi pilihan utama. Terletak hanya sekitar tujuh kilometer dari Masjidil Haram, tempat ini menjadi titik miqat terdekat yang paling praktis diakses oleh jemaah. Tidak heran, banyak dari mereka yang memilih berangkat ke sana menggunakan bus atau taksi yang memang siap melayani perjalanan singkat ini.

Tan’im bukan hanya dekat, tetapi juga nyaman. Masjidnya luas, dilengkapi dengan fasilitas wudhu dan toilet yang bersih. Area parkirnya pun lapang, memudahkan kendaraan keluar-masuk. Suasana di sana tenang, cocok untuk memulai ihram dengan penuh kekhusyukan. Biasanya, setelah berwudhu dan melaksanakan salat sunnah ihram, para jemaah akan melafalkan niat dan mulai mengucap talbiyah sepanjang perjalanan kembali ke Masjidil Haram.

Ada kisah menarik yang menjadikan Tan’im istimewa secara historis. Dalam sebuah riwayat Muslim, disebutkan bahwa Rasulullah Saw mengizinkan istrinya, Siti Aisyah, untuk menunaikan umrah dari Tan’im setelah ia suci dari haid pasca melaksanakan haji wada’. Atas perintah Rasul, Aisyah diantar oleh saudaranya, Abdurrahman bin Abu Bakar, menuju Tan’im untuk mengambil miqat dan memulai umrah. Sejak saat itu, Tan’im dikenal sebagai tempat miqat yang sah, terutama bagi mereka yang sudah berada di wilayah Makkah.

Muhaimin, pembimbing ibadah Kloter 15 Embarkasi Solo (SOC 15), menyampaikan bahwa Tan’im menjadi pilihan ideal bagi jemaahnya untuk melakukan umrah sunnah. “Karena lokasinya yang dekat, kami membimbing jemaah niat dan berpakaian ihram di Tan’im. Kami juga selalu mengingatkan agar mereka menjaga larangan-larangan ihram,” ungkapnya saat mendampingi jemaah, Selasa (20/5/2025).

Namun, di tengah semangat beribadah, Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi terus mengingatkan agar jemaah menjaga kondisi fisik, terlebih menjelang fase penting ibadah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina—yang biasa disebut Armuzna. Kepala Daerah Kerja Makkah, Ali Machzumi, mengimbau agar umrah sunnah tidak dilakukan terlalu sering, terutama oleh jemaah lansia atau yang memiliki kondisi kesehatan khusus.

Ali juga menekankan pentingnya saling membantu di antara jemaah, menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti masker, serta menjaga semangat kebersamaan dan kekompakan. “Jangan egois. Kita di sini bukan hanya ibadah untuk diri sendiri, tapi juga membawa nama bangsa dan agama. Mari kita saling menolong,” pesannya penuh harap.

Dengan semangat yang terus menyala dan kebersamaan yang dijaga, Tan’im tak hanya menjadi tempat memulai niat ihram, tetapi juga saksi akan ketulusan dan kesungguhan para jemaah haji Indonesia dalam menggapai rida Ilahi.

image from: https://khazanah.republika.co.id/berita/sezw8a483/menelusuri-tanim-tempat-miqat-arteria-dahlan-saat-ditangkap-polisi-saudi